Bagaimana Cara Ibu Tahu Bayi Menyusui Mendapatkan Cukup ASI?

(Is My Breastfed Baby Getting Enough – in Indonesian)

Ini adalah salah satu pertanyaan yang paling sering saya temui selama menjalani layanan breastfeeding support. Kekhawatiran ini sering kali berasal dari rasa kasih sayang ibu: semua ibu mencintai bayinya, dan ingin bayinya bertumbuh sehat.

Sebagai Ibu menyusui, adalah hal yang wajar jika Ibu ingin memastikan bahwa bayinya mendapatkan cukup asupan ASI. Memahami lebih dalam tentang ASI dan menyusui, serta apa saja tanda-tanda yang bisa Ibu amati untuk menunjukkan bahwa bayi mendapatkan cukup ASI, dapat membantu meyakinkan Ibu bahwa bayi mereka mendapatkan nutrisi yang cukup untuk tumbuh dan berkembang.

Saat Ibu menyusui bayinya dengan frekuensi sering dan responsif terhadap tanda-tanda awal yang bayi tunjukkan, tanpa restriksi1/batasan waktu, dengan kendala yang minimal/sudah teratasi, dan bayi dapat menyusui dengan tenang dan efektif, ibu dapat mempercayai insting bayi untuk mengatur sendiri jumlah asupan ASI yang bayi konsumsi.

Bayi dapat mengatur hal ini sendiri secara alami terkait dengan peran 2 hormon saat bayi menyusu. ASI secara alami mengandung LEPTIN2: hormon yang secara alami berfungsi mengkontrol “nafsu makan” dengan menstimulasi rasa puas/kenyang di dalam tubuh bayi. Saat bayi dapat menyusu secara efektif langsung dari payudara ibu, bayi dapat memutuskan berhenti sendiri dan melepaskan payudara ibu saat bayi sudah mendapatkan cukup konsumsi leptin (di dalam ASI), dan hal ini menurunkan kemungkinan “overfeeding” (konsumsi berlebih). Di sisi lain, saat bayi mendapatkan konsumsi leptin dengan jumlah sedikit/tidak cukup (dikarenakan berbagai hal, termasuk memberikan susu pengganti ASI), hal ini dapat menyebabkan bayi mengkonsumsi volume susu lebih banyak.

Di saat yang bersamaan, saat bayi mengecap dan menyusu, perut bayi memproduksi hormon CHOLESISTOKININ3, dan sinyal rasa puas/kenyang akan menyala saat hormon ini mencapai level tertentu. Perubahan/ penurunan level cholesistokinin dapat menyebabkan bayi menunjukkan tanda-tanda siap menyusu lagi, walaupun hanya 10-15menit setelah selesai menyusu terakhir. Hal ini secara biologis adalah normal, karena bayi membutuhkan sedikit lagi tambahan asupan/konsumsi nutrisi untuk bertumbuh.

Memahami tanda-tanda apa saja yang menunjukkan bayi mendapatkan cukup ASI dapat membantu menenangkan kekhawatiran Ibu. Tanda-tanda yang bisa Ibu amati:

1.Apa yang masuk pasti akan keluar. Saat bayi mendapatkan cukup asupan cairan, hal ini dapat terlihat dari penampakan BAK dan BAB bayi:

  • BAK: berwarna jernih atau jernih sedikit kekuningan, tidak berbau, dan frekuensi sering. Saat bayi tidak mendapatkan cukup asupan cairan, tubuh bayi akan menahan air di dalam tubuh bayi dan meregulasi tampilan cairan air kemih sehingga menjadi lebih kuning, terkonsentrasi, dan berbau.
  • BAB: Bayi yang mendapatkan asupan hanya ASI biasanya mengeluarkan BAB yang lembek dan kadang agak cair. Penampakan dan konsistensi BAB terkadang bisa lebih padat jika bayi juga mendapatkan asupan harian selain ASI (termasuk susu pengganti ASI dan solids/makanan pendamping ASI), karena asupan tersebut tidak diserap langsung di perut bayi semudah ASI. Frekuensi BAB mungkin berubah dan menjadi lebih jarang saat bayi berusia antara 6-8 minggu, dan ini adalah variasi normal –  selama penampakan BAK tetap jernih, sering, dan tidak berbau.

2. Bayi bertumbuh dan berkembang. WHO (World Health Organisation) memiliki 3 indikator4 panduan tumbuh kembang bayi: berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. Rekomendasi yang dianjurkan adalah mengukur 3 indikator tersebut secara bersama-sama, dalam jangka waktu setiap 4 minggu/ 1 bulan (BUKAN harian atau mingguan), dibersamai dengan observasi tampilan dan jejak tumbuh kembang bayi. Saat bayi mengalami masa growth spurts, peningkatan salah satu dari 3 indikator tersebut juga berarti bayi mengalami pertumbuhan. Cara praktis untuk mengamati bayi bertumbuh adalah dengan melihat bagaimana baju bayi tidak lagi cukup karena kekecilan. Anak yang tumbuh berkembang dan sehat dapat dilihat dari kulit yang tampak sehat, mata yang jernih, dan bayi berinteraksi dengan orangtuanya/ orang dewasa yang mengasuhnya.

Mengamati perilaku bayi saat menyusui juga bisa membantu Ibu untuk mengetahui apakah bayi menyusui secara efektif (artikel terkait akan di update lebih lanjut).

Dengan menyusui bayi dengan frekuensi yang sering, responsif terhadap tanda-tanda awal bayi, dan tidak menunggu bayi menangis sebelum menawarkan menyusui, Ibu dapat membantu bayi mendapatkan asupan ASI secara optimal, sebanyak yang bayi perlukan.

Percayalah pada insting alami Ibu. Ibu pasti bisa 😊

Penulis:

Cinta Mama  – Inggita Shintowati, IBCLC.

MHM. MBBS (S.Ked). MD. Cert IV. Breastfeeding Education (Counselling)

Artikel di atas berisi informasi panduan secara umum.

Jika anda memerlukan konsultasi laktasi pribadi, silakan membuat PERJANJIAN KONSULTASI disini.

Referensi:

1. Infant Feeding Guidelines: information for health workers | NHMRC

2. Palou, Ma,. Pico, C., Palou, A. (2018). Leptin as a breastmilk component for the prevention of obesity. Nutrition Reviews, 76(12):875-92. https://doi.org/10.1093/nutrit/nuy046

3. Marchini, G. Linden, A. (1992). Cholecystokinin, a satiety signal in newborn infants. J Development Physiology; 17(5):215-9. Cholecystokinin, a satiety signal in newborn infants? – PubMed (nih.gov)

4. WHO 3 wellness indicators. Child growth standards (who.int) WHO 3 baby growth indicator – Search (bing.com)

Leave a Comment